“Kami menolak, Negara tunduk kepada kekuatan-kekuatan ekstrim fundamentalis, apalagi yang mengatasnamakan agama. Dalam urusan bernegara, baiklah isu SARA tidak dibawa-bawa. Hal ini telah mengusik hati nurani kami. Kami menangis ketika Pancasila diganggu.”
Begitu pekik salah seorang peserta
Aksi Rakyat Bersatu Nusa Toleransi Tinggi (Akrab NTT), sesaat sebelum
membacakan pernyataan sikap mereka, siang itu, Selasa (8/11). Drs.Semuel D.
Pakereng,M.Si, Kepala Biro Humas NTT, menerima setidaknya 14 Organisasi
Kepemudaan dan Mahasiswa yang menentang penggunaan isu Suku Agama dan Ras di pelataran Kantor
Gubernur, Naikolan. Terlihat setidaknya
peserta aksi terdiri dari unsur Parade NTT, GMNI cabang Kupang, Bara JP NTT,
Lentera Hati Kupang, Hipmatim Kupang, Himper Kupang, Permahi Kupang, Iman
Kupang, Hikmas Kupang, Parmaperu Kupang, Ikmar Kupang, Ama Pai Kupang, Bara
Care Kupang dan F Prodem K NTT.
“Kami akan meneruskan pernyataan sikap ini kepada Pemerintah
Pusat. Untuk diketahui, Bapak Gubernur bersama Forkompinda telah berkomunikasi
dengan para tokoh agama di NTT terkait hal ini. Kami harapkan, semua masyarakat
NTT tetap tenang, tidak terpancing dengan berbagai isu yang berkembang di tingkat
nasional. Mari kita jaga kedamaian bersama-sama. Unsur-unsur SARA tidak boleh selalu dilibatkan dalam setiap
peristiwa pemerintahan” demikian tegas Semuel terkait aksi 4 November lalu di Jakarta.
Dalam aksi damai yang dipimpin oleh Marianus
Lodwick Dea itu, disampaikan tujuh sikap Akrab NTT, yaitu : pertama,
mengutuk segala bentuk tindakan kekerasan atas nama agama dalam bentuk
apapun; kedua, mengutuk penggunaan isu SARA untuk mencapai kepentingan
politik dalam bentuk apapun dan menyerukan penghentian isu SARA dalam seluruh
praktek kehidupan berbangsa sekarang juga; ketiga, Adili dan bubarkan
organisasi-organisasi fundamentalis dan radikal yang berjubahkan agama.
Organisasi-organisasi itu adalah kelas lumpen proletariat yang menggerogoti
sendi-sendi kehidupan rakyat. Membiarkan keberadaan mereka, justru telah
menciptakan Negara Fasis; keempat, Adili dan bubarkan Front
Pembela Islam (FPI). FPI bukan merupakan representatif Umat Islam. Dalam
berbagai aktivitasnya, FPI justru melakukan berbagai tindakan kekerasan,
menggunakan isu SARA untuk menghancurkan Persatuan Nasional. Dalam pandangan
kami, Umat Islam sejati di seluruh belahan dunia Cinta Damai, memiliki
toleransi yang tinggi, menghargai berbagai perbedaan dan anti kekerasan; kelima,
tangkap dan adili Ahmad Dhani, musisi kerdil dan dangkal yang tidak menghargai kebhinekan, yang
melakukan penghinaan terhadap presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan dalam aksi 4 November; Keenam, menyerukan kepada seluruh
Rakyat Indonesia dan Rakyat NTT secara khusus untuk tidak terpancing dengan
berbagai isu SARA yang dihembuskan, termasuk dalam menyikapi situasi nasional
dengan tetap menunjukan jati diri rakyat NTT sebagi rakyat yang menghargai
perbedaan, rakyat yang tetap bersatu dalam perbedaan. NTT adalah Nusa Toleransi
Tinggi; ketujuh, menyerukan kepada seluruh Rakyat Indonesia dan Rakyat
NTT secara khusus untuk tetap menjaga Persatuan Nasional, tetap memupuk
semangat solidaritas dan persaudaraan, tetap memupuk semangat Cinta Kasih,
tetap memupuk semangat solidaritas antar umat beragama. NTT adalah Kebhinekaan,
Kebhinekaan adalah NTT.
Terkonfirmasi jika
aksi itu dimulai dari Gedung DPRD NTT. Selanjutnya, massa aksi lalu melakukan
long march ke Markas Kepolisia Daerah NTT di Jl. Soeharto, kemudian dilanjutkan
ke Kantor Gubernur NTT di Jl. Basuki Rahmat, Naikolan.
0 komentar:
Post a Comment