This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday 1 August 2015

Biro Humas Sosialisasi Kebijakan Revolusi Mental



Biro Humas Setda Provinsi NTT menggelar Pertemuan Bakohumas Lingkup Pemerintah Provinsi NTT, di Aula Hotel Romyta, Kupang, Rabu (24/6/2015).
Pertemuan ini mengusung tema: “Peran Strategis Government Public Relations (GPR) dalam Mensosialisasikan Kebijakan Revolusi Mental”. Narasumber Kepala Biro Humas Setda Provinsi NTT,Drs.Lambertus L.Ibi Riti.MT. Moderarator, Lucius Luly,S.STP,MA.
Menjawab pertanyaan pengantar dari Moderator tentang hubungan Revolusi Mental dan Reformasi Birokrai, Lambertus Ibi Riti  mengamini hubungan keduanya. “Sejak diangkat jadi CPNS, para aparatur sipil negara sudah menjadi seorang revolusioner seturut perintah Undang-Undagn ASN. Revolusi mental terus digalakkan melalui berbagai diklat sehingga tertanam dalam diri. ASN diharapkan dapat menjadi pelayan masyarakat yang tangguh,” jelas Lambert pada pembukaan acara itu.
Selanjutnya Lambert mengatakan istilah Revolusi mental erat kaitnnya dengan Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa berangkat dari sejarah pada pemerintahan presiden Soekarno revolusi mental telah dimulai sejak prakemerdekaan dan dinyatakan secara tegas oleh Soekarno pada saat mendirikan bangsa Indonesia.  
Oleh karena itu revolusi mental merupakan satu gerakan untuk menggembeleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru masyarakat Indonesia berhati putih berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. cita rasa seorang presiden  pertama dalam memimpin setelah mengalami tekanan dimana-mana maka cita rasa memimpin ini  coba dirumuskan dalam pernyataan revolusi mental. Jiwa besar Soekarno yang perlu kita teladani.
Lambertus juga memaparkan 8 Area perubahan reformasi birokrasi (Dalam kerangka Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019) yakni mental aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kelembagaan, tata laksana, SDM Aparatur, Peraturan Perundang-undangan dan pelayanan publik. Sasaran dari  kedelapan area perubahan tersebut yakni terciptanya birokrasi yang bersih, akuntabel, efektif ,dan memiliki pelayanan publik yang berkualitas.
Dia menjelaskan bahwa revolusi mental dimulai dari perubahan mindset, perubahan cultureset, penataan struktur sehingga pada ahkirnya terwujud birokrasi pemerintahan yang bersih, efisien, demokratis dan terpercaya.
Goverment Public Relations (GPR) diartikan sebagai pengelolaan informasi dan komunikasi yang berkelanjutan untuk memperoleh pemahaman dan dukungan publik terhadap pemerintah. Peran dan fungsi GPR yakni manajemen informasi dan manajemen reputasi.
Semoga dengan pertemuan ini mari kita terus bersinergi, mempererat jalinan dengan media massa agar informasi antara masyaarakat dan pemerintah tidak terputus, harap Lamber.
Â
Dialog yang dimoderatori oleh Lucius Luly, Kasubag Penerbitan pada Biro Humas Setda Provinsi NTT ini berlangsung hangat. Dibagi dalam dua sesi di mana pada sesi pertama pemateri menyampaikan materinya dan pada sesi kedua dilakukan tanya jawab oleh peserta.
Para peserta sangat antusias mengikuti pertemuan ini. Banyak pertanyaan yang diajukan seputar konsep Revolusi mental dan hubungan media informasi antara masyarakat dan pemerintah.
Pertemuan ini dihadiri oleh utusan SKPD Lingkup Pemerintah Provinsi NTT, unsur TNI dan Polri, Pejabat Biro Humas Setda Provinsi NTT dan Pengadilan Tinggi serta insan pers.

Tanpa Konflik, Anwar Pimpin DPRD Provinsi NTT






H. Anwar Pua Genoh SH. resmi dilantik jadi Ketua DPRD Provinsi NTT Periode 2014-2019. Sebagai kader Golkar yang beragama Islam, Anwar diterima dengan sangat baik oleh seluruh masyarakat Nusa Tenggara Timur.
Oleh : Lucius W. Luly
Paham Demokrasi mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan, menolak tirani mayoritas kepada minoritas. Karenanya, terasa sangat miris jika hidup di alam demokrasi, saat masih ada pihak yang mendebatkan syarat agama pejabat publik secara vulgar. Jika hari-hari belakangan ini, kita menyaksikan Front Pembela Islam (FPI) menolak Ahok (Basuki Cahaya Purnama) menjadi Gubernur DKI, ada pemandangan berbeda yang indah di Nusa Tenggara Timur. Hari Rabu (12/11) telah dilangsungkan dengan hikmat, Rapat Paripurna Istimewa terkait Pengucapan Sumpah/Janji Pimpinan DPRD Provinsi NTT untuk Masa Jabatan 2014-2019. Sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 161.53-3912, Tanggal 6 November 2014, telah ditetapkan empat orang Pimpinan DPRD Provinsi NTT. Terpilih sebagai Ketua : H.Anwar Pua Geno,SH yang juga adalah Wakil Ketua I DPD Partai Golkar NTT. Sementara tiga wakilnya yaitu Nelson Obed Matara,S.IP,M.Hum berasal dari PDI Perjuangan NTT (Sekretaris DPD NTT), Gabriel Abdi Kesuma Beri  Binna dari Partai Gerindra (Sekretaris DPD NTT) dan Alexander Take Ofong,S.Fil dari Partai Nasional Demokrat (Sekretaris DPW NTT). Acara yang berlangsung di Aula Utama El Tari itu dipandu langsung oleh Ketua Pengadilan Tinggi Kupang, Robinson Tarigan,SH.
Dalam Sambutannya, Gubernur NTT Drs.Frans Lebu Raya, memberikan ucapan selamat dengan bangga kepada pimpinan DPRD terpilih. “Di tengah-tengah kita, di hadapan seluruh rakyat NTT yang menyaksikan peristiwa bermartabat ini, rakyat NTT memberi mandat kepada keempat pemuda daerah ini, sebagai pimpinan DPRD Provinsi NTT yang terhormat. Di pundak keempat pemuda ini, rakyat daerah meletakan harapannya, untuk bermitra, untuk mengawasi dan terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah ini. Keempatnya kini, bukan lagi mewakili agama, partai politik apalagi kepentingan pribadi dan golongan. Eksistensi mereka diorientasikan pada tersalurnya aspirasi rakyat NTT, terselenggaranya pemerintahan, terpenuhinya kebutuhan dan pengendalian anggaran untuk hidup rakyat NTT yang makin bermartabat” demikian katanya seraya mengucapkan terima kasih untuk Pimpinan Sementara DPRD Provinsi NTT. Lebih lanjut, NTT satu mengingatkan berbagai persoalan masyarakat yang perlu diselesaikan bersama. “Terdapat pula beberapa fenomena yang masih perlu disikapi secara arif seperti, berkurangnya air dan mengeringnya sumber air karena penggundulan hutan dan musim kemarau ekstrim. Lahan makin sempit karena pertambahan penduduk, konversi lahan pertanian untuk pemukiman, terkikisnya budaya gotong royong dalam bertani dan perubahan pola kepemilikan lahan. Masalah lainnya adalah terkait isu perdagangan manusia yang kian marak terjadi, masalah TKI/TKW dan fenomena gunung es HIV/AIDS, perjuangan provinsi kepulauan, pertambangan serta masalah sosial lainnya” lanjut Frans Lebu Raya.
Sementara itu, dalam pernyataan pembuka yang dibawakan oleh Alfridus Bria Seran,ST selaku pimpinan DPRD sementara, disampaikan juga ucapan terima kasih kepada pemerintah Provinsi NTT untuk dukungannya selama kurang lebih dua bulan kepemimpinan mereka. Dirinya bersama Nelson Obed Matar,S.IP,M.Hum dan sembilan Fraksi yang ada di DPRD Provinsi NTT tetap mengharapkan dukungan kerjasama ke depannya. Selanjutnya akan segera dilakukan pembentukan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) yang antara lain terdiri dari Lima Komisi dan Badan Musyawarah, Badan Legislasi, Badan Anggaran serta Badan Kehormatan.
Pada pernyataan penutupan, H.Anwar Pua Geno,SH selaku Ketua Defenitif menyampaikan terima kasih untuk dukungan seluruh komponen masyarakat Nusa Tenggara Timur kepada mereka. Secara khusus disebutkan terima kasih untuk masyarakat di Daerah Pemilihan NTT V (Ngada, Sikka, Ende, Nagekeo), masyarakat Daerah Pemilihan NTT II (Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Sabu Raijua) dan masyarakat Daerah Pemilihan NTT VI (Alor, Flores Timur, Lembata). Dalam kesempatan tersebut, Anwar juga menyampaikan ajakan untuk menjadikan lembaga DPRD sebagai rumah ide, rumah gagasan, rumah besar bagi aspirasi masyarakat NTT. Anwar mengajak agar seluruh anggota DPRD Provinsi NTT dapat bekerjasama menjadi negarawan bukan sekedar sebagai seorang politisi. Saatnya sekarang, bekerja untuk membangun NTT dalam semangat Merah Putih, untuk mewujudkan NTT hebat.
Untuk memeriahkan acara pelantikan tersebut, Sekretariat DPRD Provinsi NTT selaku panitia, menghantarkan para wakil rakyat itu dari Gedung DPRD menuju Aula Utama El Tari dengan tarian Saraaki, asal Nagekeo yang dibawakan oleh 19 orang penari. Nampak hadir dalam acara tersebut para undangan antara lain dari unsur Forkompinda Provinsi NTT, Anggota DPR RI dan DPD RI asal Provinsi NTT seperti Ibrahim A. Meda, para pimpinan parta politik tingkat pusat maupun provinsi, para sesepuh seperti Mantan Wakil Gubernur NTT Eston Foenay, para Bupati/Walikota se-NTT, Ketua KPUD Provinsi NTT, Ketua Panwaslu Provinsi NTT, Pimpinan/Tokoh Agama dan para tokoh lainnya serta Pimpinan LSM dan Media Massa. Suasana kekeluargaan, persahabatan yang akrab sangat terasa dalam momen pelantikan itu. Haruskah masyarakat DKI, FPI dan Calon Gubernurnya belajar berdemokrasi ke NTT?
Viva Demos Cratein…



MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI MASYARAKAT





NTT sudah sering dikenal dengan akronim negatif seperti Nasib Tidak Tentu, Nanti Tuhan Tolong. Kemiskinan dan kegersangan semakin meneggelamkan masyarakat NTT dalam kubangan keterbelakangan. Stigma-stigma tersebut telah meluluhlantakan kepercayaan diri dan daya juang masyarakat. Sumber daya alam potensial yang beragam di Bumi Flobamora banyak dibiarkan tenggelam dalam lautan kepasrahan dan keikhlasan menerima takdir. Pada titik inilah pemerintah mesti hadir dan memperlihatkan keberpihakannya.

            Setiap pemimpin yang tampil di pucuk pemerintahan Flobamora coba meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dengan berbagai program unggulan. Sejak beberapa tahun terakhir masyarakat NTT akrab dengan konsep Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah. Program yang digelontorkan sejak tahun 2011 ini ditujukan untuk menciptakan desa atau kelurahan yang maju dan produktif.

            Program ini telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat penerima sebagaimana dituturkan oleh masyarakat penerima Anggur Merah di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Sebagai salah satu Kabupaten terluas di NTT, topografi daerah TTS sangatlah cocok untuk pengembangan pertanian dan peternakan.

            Para penerima dana Anggur Merah sebagian besar memanfaatkan dana Anggur Merah untuk membeli babi, sapi dan usaha pertanian. Selain itu ada juga yang membuka kios dan usaha produktif lainnya. Beberapa kelompok mengusahakan babi, tahun berikutnya sudah naik kelas dengan membeli sapi. Lainnya, mengawali dengan satu ekor sapi, sekarang sapinya berkembang lebih dari satu.

            Hasil usaha dana Pemberdayaan Pemerintah Provinsi NTT dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Mereka dapat membiayai pendidikan anak-anaknya. Mereka juga bisa memasang listrik ke rumahnya dengan hasil keuntungan pengembangan usaha Anggur Merah. Membuat rumah serta cerita sukses lainnya. Masih banyak lagi deretan kebutuhan keluarga yang dibantu dengan perguliran dana itu.

            Sebagai sebuah program yang masih berusia dini, Anggur Merah masih harus terus dibenah. Pola pemberdayaan dan perguliran yang diusung masih belum berjalan sesuai harapan. Kisah macetnya pengembalian dana menjadi isu utama yang sering diangkat untuk menenggelamkan Anggur Merah. Kerja keras pendamping di lapangan, dibalas dengan tuduhan penggelapan uang. Kecemburuan dan gesekan politik di tingkat desa juga turut membumbui kisah pilu program ini.  

            Semuanya itu adalah bagian dari dinamika perjalanan sebuah program. Satu yang pasti Anggur Merah telah membangkitkan kreativitas dan semangat juang msyarakat desa. Merangkai asa, menatap masa depan dengan penuh kegembiraan. Wajah-wajah buram tanpa harapan telah berganti rupa sumbringah. Raut optimisme harus dibarengi denga kerja keras, kerja tuntas dan kerja cerdas masyarakat demi mengucapkan selamat tinggal kemiskinan.  

            Kini, kepercayaan masyarakat mulai hidup kembali. Mereka mulai percaya jika Pemerintah peduli, Pemerintah benar-benar hadir. Mereka juga mulai percaya diri. Semoga kita pun percaya dengan mereka (masyarakat)…

BEN MBOI TOKOH TELADAN BAGI KITA



Alexander B. Koroh
Widyaiswara Badan Diklat Prov NTT


Berpulangnya pak Ben Mboi ke pangkuan Bapa di surga pada Senin, 22 Juni 2015 mengejutkan khalayak Indonesia, lebih khususnya NTT. Kepergian tokoh nasional ini mendapat ucapan belangsungkawa yang mendalam dan penghormatan yang tulus pada aras nasional dan lokal. Pada tataran NTT, mungkin dapat dikatakan provinsi ini berhutang pada pak Ben dan istrinya (ibu Naf) yang meninggalkan buah tangan mereka yang hebat dalam membangun NTT selama 10 tahun (1978-1988). Keberhasilan pak Ben dalam memenej NTT pada periode penugasannya tidak saja mendapat apresiasi dari pemerintah saat itu, tetapi lebih dari itu juga menarik perhatian internasional yang ditandai oleh penghargaan Ramon Magsaysay tahun 1988, yang diberikan oleh Pemerintah Filipina.
Bukan gubernur biasa
Merujuk pada buku otobiografi, Ben Mboi, Dokter, Prajurit, dan Pamong Praja, tampak bahwa pak El Tari gubernur pada periode sebelumnya, seorang gubernur visioner yang hebat telah melihat bahwa Ben Mboi muda sebagai kepala Dinas Kesehatan memiliki potensi yang hebat untuk menggantikan El Tari sebagai gubernur NTT. Ketajaman dan kecerdasan El Tari dalam melihat potensi diri Ben Mboi, memang tidak sia-sia, karena pak Ben berhasil menunjukkan pada Indonesia, bahkan dunia bahwa ia adalah gubernur yang luar biasa. Pertanyaannya mengapa Ben Mboi bisa menjadi salah satu tokoh NTT bahkan Indonesia?
Pak Ben adalah seorang pembaca yang hebat. Tampaknya, almarhum semasa hidupnya menjalankan betul prinsip leaders are readers (pemimpin adalah pembaca). Testimoni yang diberikan ibu Mary Izaac-Frans sebagai salah seorang pengurus PKK di bawah pimpinan ibu Naf (waktu menjadi ketua PKK Prov. NTT), bahwa di kamar tidur pak Ben dan ibu Naf berhamburan buku-buku yang sedang terbuka yang telah, sedang, dan akan dibaca. Dan karena ibu Naf sangat percaya pada bawahannya, kadang ibu Naf, meminta mereka untuk mengambil sesuatu langsung di kamar tidurnya, degan satu persyaratan bahwa posisi buku-buku yang berhamburan dan terbuka tidak boleh diutak-atik, karena sedang dibaca. Testimoni lainnya, disampaikan pak Albert Funai, pensiunan pejabat eselon II dari lingkup Pem Prov. NTT yang pernah menjadi ajudan pak Ben ketika sedang menjabat sebagai gubernur. Menurut pak Al buku-buku dalam bahasa Indonesia dan Inggris selalu dibawa pak Ben ketika bertugas ke luar daerah, buku-buku tadi dibaca pada saat dalam perjalanan di mobil ataupun ketika di pesawat terbang.
Hasrat pak Ben untuk membaca dan belajar sangat kuat, hal ini terlihat jelas, setelah menyelesaikan masa baktinya di NTT, beliau memilih untuk kursus tentang pemerintahan di Belanda dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika beliau memiliki pengetahuan yang mendalam dan luas. Sebagaimana diungkapkan secara tepat oleh pak Herman Musakabe Gubernur periode 1993-1998, “ Bagi saya, almarhum merupakan sosok pemimpin hebat yang lengkap atau paripurna. Beliau tidak saja seorang dokter, melainkan anggota TNI yang memiliki pikiran yang sangat bagus tentang provinsi ini. Semasa menjadi gubernur, almarhum memiliki banyak gagasan besar…(Timex, 24/6/15). Oleh karena itu, adalah sangat tepat bila pak Ben juga disebut sebagai “Guru bagi semua”, sebab pengetahuan dan pengalamannya yang luas dan mendalam dalam banyak hal, khususnya dalam bidang pemerintahan. Karena ini pula pada tahun 1990an Prof. DR. Ryaas Rasyid, Rektor Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) saat itu, meminta beliau untuk menjadi dosen luar biasa di IIP Jakarta.
Tambahan pula beliau secara rutin turun ke desa-desa (blusukan) dan melihat secara langsung sambil memotivasi masyarakat dalam menjalankan program ONH, ONM, ONS dan OBD. Seiring dengan itu, pak Ben juga membangun hubungan yang sangat baik dengan pihak pers.
Pemimpin visioner yang tidak primordial
Karena pengetahuan dan pengalamannya yang luas, banyak pihak menilai pak Ben bukanlah pemimpin daerah yang yang mengutamakan kepentingan etnis, suku, dan agama tertentu. Drs. Ruben Izaac (mantan Sekda TTS) bercerita, pada tahun 1980an awal ketika menjadi ajudan pak Ben, suatu ketika beliau bertanya pada pak Ruben, “Beni kamu sudah sarjana atau belum?” “Sudah pak, sarjana Tata Negara dari Undana.” Jawab pak Ruben. “Sarjana kok jadi ajudan, kamu siap ya untuk jadi camat.” Tak lama kemudian Drs. Ruben Izaac dilantik menjadi Camat Kupang Selatan. Di sini tampak jelas bahwa pak Ben bukan saja tidak primordial tetapi juga bukan tipe pemimpin yang hanya mengumbar janji. Fakta ini juga menunjukkan bahwa pak Ben adalah individu yang berintegritas.
Pada bagian lain, pada tahun 1980an, dalam suatu sambutan pada saat wisuda di Undana, pak Ben menegaskan bahwa, jika ingin maju setiap mahasiswa harus menjadi sarjana plus. Sarjana plus adalah mereka yang tidak saja menguasai bidang keserjanaannya, tetapi juga mereka yang memiliki pengetahuan yang luas dan menguasai bahasa Inggris dengan baik. Di sinilah ketajaman visi beliau, yang seandainya telah dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa NTT sejak saat itu hingga saat ini, maka kita telah memiliki sumber daya manusia dengan daya saing memadai yang dapat bersaing pada level nasional, regional, dan global.
 Belajarlah dari pak Ben
Kesedihan dan kedukaan kita atas kepergian pak Ben, merupakan ekspresi rasa sayang dan hormat kita pada beliau. Namun ini saja tidak cukup, maksudnya kita perlu untuk meneladani berbagai hal baik yang telah dikatakan dan dilakukannya. Kita beruntung karena kita orang NTT memiliki role model yang asli putra daerah, karena hal ini termasuk sangat langka. Dengan melakukan berbagai teladan yang telah diberikan almarhum dalam kehidupannya, dapat menjadikan kita sebagai inidividu dan masyarakat yang berpengetahuan luas, tidak primordial, berintegritas, bervisi, dan memiliki semangat juang yang terus berkobar-kobar. Daya tahan dan ketangguhan beliau untuk tetap berkontribusi bagi bangsa dan masyarakat Indonesia meskipun telah mengalami stroke, patut diacungi jempol. Oleh karena itu, bagi penulis, meskipun Pemerintah telah menetapkan pak Ben sebagai Pejuang Trikora, tetapi sesungguhnya hal kejuangan yang telah ditampilkan beliau jauh melampaui itu. Artinya, bahwa pak Ben tetap berupaya memberikan yang terbaik dari dirinya dalam keseluruhan hidupnya. Kondisi sebagai pensiunan, dan deraan stroke yang dialaminya tak dapat membatasinya untuk tetap bekerja dan berkarya, bagi Indonesia dan NTT.
Tentunya, tulisan ini hanya dapat menguraikan sedikit dari kehebatan dan keteladanan pahlawan kita dari Manggarai ini. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita dapat menginternalisasikan nilai-nilai pengabdian, kejuangan, dan integritas yang telah diteladankan pak Ben ke dalam diri kita, kemudian dapat mengaktualisasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian kita dapat berharap bahwa ke depan provinsi ini akan melahirkan tokoh-tokoh hebat lainnya. Kiranya Kristus Sang Juru Selamat menerima pak Ben dalam dekapan kasihNya yang abadi.